Sunday, May 29, 2011

Gaya Kognitif dalam Andragogi

Oleh: Joko Sutrisno, S.Si., M.Pd.

Andragogi (istilah yang awalnya populer dalam dunia pendidikan di Jerman), mengacu pada teori belajar untuk orang dewasa. Secara umum terdapat enam prinsip kegiatan belajar dalam andragogi (Knowles, Holton, dan Swanson, 2005), yaitu keingintahuan dari pembelajar dewasa, konsep diri dari pembelajar dewasa, pengalaman yang telah dimiliki oleh pembelajar dewasa, kesiapan untuk belajar dari pembelajar dewasa, orientasi kegiatan belajar dari pembelajar dewasa, dan motivasi untuk belajar dari pembelajar dewasa.

Terdapat banyak faktor yang berpengaruh dalam kegiatan belajar orang dewasa, di antaranya adalah perbedaan individu pembelajar, perbedaan situasi belajar, serta tujuan dari kegiatan belajar tersebut. Jonassen dan Grabowski dalam Handook of Individual Differences, Learning, and Instruction secara konseptual menjelaskan perbedaan individu pembelajar dari sisi perbedaan kognitif. Salah satu yang menjadi perhatian utama mereka adalah gaya kognitif (cognitif style), yaitu tentang bagaimana seseorang memersepsikan dan mengorganisasikan informasi dari sekitarnya. Perbedaan gaya kognitif berkaitan dengan cara seseorang merasakan, mengingat, memikirkan, memecahkan masalah, membuat keputusan, yang mencerminkan kebiasaan bagaimana informasi diproses (Woolfolk, 2004).

Gaya kognitif pada orang dewasa dapat dibedakan menjadi 2, yaitu field-dependent (FD) dan field-independent (FI). Perbedaan keduanya dapat dilihat berdasarkan ciri-cirinya  (Woolfolk, 2004; Altun, 2006; Daniels, 1996). Seseorang yang memiliki gaya kognitif field-dependent cenderung menerima suatu pola informasi secara menyeluruh, tidak memisahkan satu bagian dengan bagian lainnya. Mereka memiliki kesulitan untuk fokus pada satu aspek situasi, mengambil hal-hal rinci yang penting, menganalisis suatu pola ke dalam bagian-bagian yang berbeda. Mereka memiliki kecenderungan bekerja dengan baik dalam kelompok, memiliki daya ingat yang baik untuk informasi sosial, dan lebih menyenangi bidang seperti bahasa dan sejarah. Ilmu-ilmu sosial merupakan bidang yang cocok untuk orang dengan gaya kognitif field-dependent ini.

Seseorang yang memiliki gaya kognitif field-independent lebih suka untuk mengamati pemrosesan informasinya sendiri. Mereka dapat menerima secara terpisah-pisah bagian-bagian dari suatu pola, dan dapat menganalisa suatu pola berdasarkan bagian-bagiannya. Mereka tidak terbiasa dengan hubungan sosial sebagaimana orang dengan gaya kognitif field-dependent. Kelompok field-independent ini dapat bekerja dengan baik dalam lingkup matematika dan ilmu pengetahuan alam, di mana kemampuan analisisnya diperlukan.

Berdasarkan karakteristik kedua macam gaya koginitif ini, dapat diperkirakan bahwa seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan dari kelompok ilmu alam dan matematika cenderung terbiasa dengan gaya kognitif field-independent, sedangkan seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan dari kelompok ilmu sosial cenderung terbiasa dengan gaya kognitif field-dependent. Dengan kecenderungan seperti itu, maka dapat diduga bahwa pola belajar orang dewasa kemungkinan besar akan tergantung dari latar belakang  pendidikan formalnya, apakah dari kelompok ilmu MIPA atau dari kelompok ilmu Sosial.

REFERENSI

Altun, A., Cakan, M. Undergraduate Student’s Academic Achievment, Field Dependent/Independent Cognitive Styles and Attitude toward Computers. Educational Technology & Society, 9 (1), 289 – 297, 2006.
Daniels, H. Lee. “Interaction of Cognitive Style and Learner Control of Presentation Mode in A Hypermedia Environment”. Ph.D. Dissertation. Virginia Polytechnic Institute and State University, 1996.
Knowles, M. S., Holton III, E. F., & Swanson, R. A. (2005). The adult learner. (6th Edition). Boston: Elsevier, 2005.
Woolfolk, A. Educational Psychology, 9th Ed. Pearson Education Inc, 2004.
http:// www.erlangga.co.id

Labels: